Puisi dapat didefinisikan sebagai jenis bahasa yang menyampaikan pesannya
dengan kata-kata yang lebih padat makna daripada bahasa biasa. Bahasa biasa
lazimnya dipakai untuk mengkomunikasikan informasi atau dapat diaktakan sebagai
bahasa praktis. Sebaliknya, puisi sebagai suatu karya sastra bukan digunakan
untuk mengkomunikasikan informasi, melainkan cipta sastra membawakan semacam
rasa dan persepsi tentang kehidupan. Tujuannya untuk memperluas dan mempertajam
kontak-kontak kita dengan pengalaman. Puisi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
batin supaya hidup lebih bermakna. Pembuatannya pun dengan kesdaran penuh
ingin mengetahui pengalaman orang lain
serta memahami lebih baik lagi pengalaman kita sendiri.
Puisi dibangun berdasarkan
unsur-unsur lahir dan batin. Unsur-unsur yang tampak seperti diksi (penggunaan
ungkapan, majas, peribahasa), tipografi (pola susunan seperti larik, bait), dan
rima / ritme (persamaan bunyi) merupakan unsur lahir. Sedangkan, unsur batin
pada puisi adalah tema, rasa (feeling),
nada, dan amanat.
a. Tema
- Landasan atau dasar pijakan bagi penyair untuk mengembangkan puisi.
- Gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi.
- Untuk memahami tema sebuah puisi, hendaknya kita membaca puisi tersebut
berulang-ulang, memperhatikan dan menjelajahi makna kata yang terkandung dalam
puisi tersebut.
- Pengungkapan dalam puisi yang acuan maknanya bersifat indrawi disebut citraan,
seperti :
ü Citraan perasa
ü Citraan visual
ü Citraan gerak
ü Citraan pendengaran
b. Rasa (feeling)
- Sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang dikandung dalam puisi.
- Merupakan dunia emosional yang terdapat dalam puisi.
- Sikap ini akan menumbuhkan kesan tertentu, antara lain haru, murung, ceria,
heroik, dan putus asa.
c. Nada
- Bentuk sikap atau keinginan penyair terhadap pembaca.
- Sikap penyair dapat berupa karya yang bersifat doktriner, menghakimi,
menggurui, menghasut, ataupun menyindir.
- Dipengaruhi tempat lahirnya puisi tersebut.
d. Amanat
- Sesuatu yang menjadi tujuan sang penyair atau efek tertentu yang didambakan
oleh penyair.
- Dapat ditelaah setelah pembaca memahami tema, nada, dan suasana yang
terkandung.
- Juga dapat tersirat dari susunan kata-kata yang dirangkai oleh penyair.
Contoh :
Selama nafas masih mengalun
Selama jantung masih memukul
Wahai api bakarlah jiwaku
Biar mengaduh, biar mengeluh
(Sutan
Takdir Alisjahbana)
|
Makna lambang “api” dalam puisi tersebut adalah semangat juang.
Gemercik hujan sentuh hatiku
Terbersit kegelisahan di hati
Kutatp langit-langit kamarku
Akankan semua jadi duka
|
Larik bermajas pada kutipan puisi tersebut adalah larik pertama (Gemercik
hujan sentuh hatiku)
(Sumber : Seri Pendalaman Materi – Fokus UN 2015)